Sabtu, 13 April 2013

Metode Operasi Ritel dan Kesempatan Pasar

METODE OPERASI RITEL 1. RITEL DALAM BENTUK TOKO Fungsi Retail Ritel merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail sebagai sebaga temat rujukan. Ritail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi. KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI 1. Karakteristik a. Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk dikonsumsi sendiri dalam periode tertentu) b. Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen) c. Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko) 2. Tipe Bisnis Retail Klasifikasi retail berdasarkan : a. Single-Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m²) b. Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan) c. Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba) 2. RITEL DALAM BENTUK BUKAN TOKO Untuk menemukan pola-pola bisnis ritel secara e-commerce ( Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. ), tentu saja harus Mempelajari transformasi dari pola-pola penjualan retail secara fisik. Permasalahan inti dalam perdagangan retail mempunyai 4 elemen 1. Mendapatkan product yang tepat, 2. harga yang tepat, 3. waktu yang tepat. 4. Tempat yang tepat 3. RITEL WARALABA Menurut John Naisbit dalam bukunya yang berjudul Megatrends, mengatakan bahwa waralaba adalah konsep marketing yang paling sukses dalam sejarah umat manusia. Menurutnya, di USA, setiap 8 menit, lahir satu oulet waralaba. Konsep waralaba ini kemudian merambah sampai ke Indonesia, dimana 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan pebisnis yang menawarkan konsep waralaba kepada masyarakat (calon investor). Konsep baru ini menjadi topik hangat dikalangan dunia usaha dan media bisnis. Akibatnya, semakin banyak orang yang tertarik untuk menamkan uangnya dengan membeli waralaba atau sekedar lisensi bisnis atau paling tidak mengetahui lebih detail bagaimana sistem waralaba itu sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari ‘laris manisnya‘ buku-buku yang mengupas masalah waralaba atau franchise dan tingginya minat pengunjung di acara pameran franchise. Peraturan Pemerintah Tentang Waralaba Beberapa faktor penyebab kegagalan waralaba yang paling utama adalah kegagalan meraih target penjualan yang memadai, hal ini biasanya karenatempat usaha yang kurang strategis. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah kurangnya support dari penjual franchise kepada franchisee misalnya dalam dukungan promosi, manajemen dan lain-lain sehingga terkesan franchisee berjalan sendirian, dan ada juga yang mengatakan karena naiknya harga bahan baku dan inflasi yang berimbas pada lemahnya daya beli masyarakat secara umum. Selain itu, faktor yang tak kalah pentingnya adalah “mindset” franshisee/ pembeli waralaba yang berfikir bahwa membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja dan “terlalu mengharapkan” franchisor yang bekerja, atau telalu berharap pada sistem yang bekerja. Padahal seharusnya franchisee itu juga ikut kerja keras memajukan garainya, dan mengawasi sistem apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak. Apalagi jika bisnis yang dimasuki adalah bisis makanan yang itemnya banyak dan sangat perlu diatur manajemen logistiknya, mengingat makanan hanya tahan beberapa hari sebelum rusak. Jadi jangan sampai terbuang percuma. Saat ini, yang paling ramai bisnis yang di-franchise-kan adalah dibidang bisnis makanan, maklumlah, karena makanan adalah merupakan kebutuhan paling pokok manusia, dan semua manusia perlu makan. Oleh karena itulah bermunculan franchise yang bergerak dibidang makanan ini, seperti yang berasal dari luar negeri antara lain : Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli waralaba: 1. Apakah Waralaba memang pas untuk anda 2. Waralaba sering dilihat sebagai bisnis yang lebih kecil risikonya. 3. Apakah waralaba merupakan pilihan menarik bagi anda 4. Waralaba bukan garansi sukses. Beberapa pertimbangan dalam memilih / membeli franchise atau waralaba antara lain: 1. Apakah merek-nya sudah terkenal dan memiliki image positif di pasar. 2. Siapa di belakang layar. 3. Tempat. 4. Lakukan riset secara umum tentang waralaba yang di incar. 5. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan hasrat dan minat anda 6. Pilihlah waralaba yang sesuai dengan modal anda. 7. Mungkin anda perlu meminta nasihat dari profesional KESEMPATAN PASAR A. Pasar Potensial Ritel Sebuah industri ritel melihat potensi pasarnya, atau bisa juga hal ini dijadikan cara mencari lokasi untuk industri ritel dan faktor-faktor apa saja yg menjadi tolak ukur dari pemain ritel.Ada delapan faktor utama yg perlu kita lihat dan pelajari dengan baik. kita langsung pada potensi-potensi pasar yang harus kita perhatikan. 1. Population Characteristic Populasi karakter ini adalah hal yang terpenting, yang harus dilihat sebagai langkah potensi pasar pertama. Lihat secara detail dari populasi yang ada di area tersebut, baik dalam jumlah perkembangan penduduk, fasilitas yang mendukung industri ritel itu, baik dalam industri sektor lain tapi yang mempunyai multiplier effect dengan usaha ritel kita, seperti industri jasa ataupun industri sosial faktor di daerah itu, seperti rumah sakit,sekolah dll.populasi karakter harus melihat dengan detail, baik dimulai dari segi manusianya, umurnya, latar belakang edukasi mereka, pekerjaan, ras, suku dan juga perkembangan pasar industri yang ada. Sering sekali survei hanya melihat dari data perkembangan jumlah penduduk atau kepadatan penduduknya, tapi bukan dari karakter populasi yang terjadi, ini jauh berbeda.perkembangan jumlah penduduk hanya perkembangan asumsi potensi jumlah customer saja tetapi populasi karakter kita melihat dari semua sudut pandang yang menjadikan sebuah karakter yg menjadi ukuran kekuatan potensi pasar yang ada. 2. Buyer Behavior Characteristics Hal lain yang sangat menjadikan sebuah potensi pasar dalam menganalisa pasar yang ada adalah langkah kita melihat dan mengenal kelakuan (behavior) karakter dari pembeli pasar tersebut.sebagai contoh,di salah satu daerah yg akan dibuka sebuah supermaket, kebiasaan dan karakteristik penduduk daerah tersebut dalam berbelanja adalah membawa anaknya, maka sudah jelas jika ingin membuka supermaket di sana,hal pertama yg menjadi acuan dari kebiasaan (behavior) pembeli/penduduk dengan berbelanja bersama anaknya adalah sebuah tempat bermain. Maka jika kita membuka supermarket tanpa memperhatikan kebiasaan ini jangan heran kalau pengunjungnya sedikit meskipun harga jual kita sudah menarik/murah karena supermarket kita tidak ada hal yang membuat kebiasaan karakter mereka terpenuhi.kelihatannya simpel, tetapi banyak pelaku ritel tidak menyelidiki kebiasaan karakter pembeli dengan baik, sehingga potensi pasar yang ada tidak tergarap dengan penuh.data-data kebiasaan karakter pembeli ini tidak bisa dilihat hanya dari data perkembangan penduduk tetapi bisa digali dari tim Sales Promotion Girl (SPG) yang sudah ada di daerah pasar tersebut dan sudah tahu kebiasaan karakter pembeli disana. 3. Household Income Kekuatan rata-rata pendapatan keluarga di daerah tersebut juga menjadikan apakah daerah tersebut pasar yg berpotensi untuk industri Ritel kita, karena jika pendapatan keluarga di daerah tersebut tidak terdistribusi dengan baik, maka pasarnya tidak stabil, dan juga peta potensi pasar kita tidak imbang.sebuah daerah dengan penghasilan tinggi secara pendapatan keluarga, tetapi tidak terdistribusi dengan baik, arti kata patron yang terjadi tidak merata akan membuat sebuah fenomena belanja yang berbeda jika pendapatan rata-rata keluarga di daerah tersebut sebanding semua atau equal. 4. Household Age Profile Umur dan kategori dari keluaaga yang berdomisili disekitar potensi pasar yang akan kita bidik juga menjadi pengaruh yang besar. Sebuah potensi pasar di daerah yang berkembang populasi dengan penduduk dengan usia muda akan menjadikan potensi pasar dipengaruhi gaya hidupnya (lifestyle). 5. Household Composition Komposisi keluarga ini sangat berpengaruh dengan potensi pasar. Lihat jika disana keluarga muda dan berubah menjadi komposisi berkeluarga dan mempunyai anak, maka komposisi belanja mereka beralih dari konsumtif gaya hidup ke konsumtif kebutuhan keluarga, dan otomatis gaya pengeluaran belanja menjadi beda. Itulah sebabnya, industri Ritel seharusnya selalu melihat perkembangan komposisi keluarga ini setelah tahun ke tahun karena daerah mereka karakternya berkembang sesuai umur dari pembeli dan potensi pasar yang ada menjadi bergeser arahnya. 6. Community Life Cycle pasar potensi yang sedang kontinyu bertumbuh karena ini yang sedang pesat-pesatnya dan secara tidak langsung memberikan kesempatanpotensi pasar yang baik dan bergairah untuk masa investasi mereka. 7. Population Density Populasi kepadatan ini bisa dikonotasikan dengan jumlah orang per meter persegi dari potensi pasar yang ada karena ini menjadikan patron dari kekuatan pembeli yang ada.Semakin besar kepadatan populasinya, maka kita sebaiknya menyiapkan luas toko yang sesuai dengan potensi pasarnya. Lihat daerah potensi pasar di perumahan yang baru dengan keluarga yang hanya 2 orang akan berbeda dengan keluarga dengan rata-rata 4 hingga 5 orang. 8. Mobility Jika potensi pasar yang ada dipenuhi dengan gaya pembeli atau orang yang mobilitasnya tinggi, maka sudah jelas mereka adalah pasar potensi yang bergerak jadi,bukan acuan untuk selalu datang ke lokasi Ritel kita yang ada di dekat mereka, karena mereka adalah pembeli yang bergerak. B. Memulai Bisnis Ritel Memulai bisnis bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Hal yang klasik, banyak pertimbangan di sana sini sehingga tak jarang membuat orang urung memulai bisnis.Semestinya memulai bisnis tidak menjadi salah satu sumber ketakutan bagi setiap orang. Untuk menghilangkan ketakutan dalam memulai bisnis, seseorang bisa membuat persiapan bisnis yang matang sehingga dapat menjalaninya dengan optimistis. Salah satu seminar Gerald Abraham salah seorang penasehat bisnis pada sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di tahun 2006,berisi tentang menjadi sukses dengan memahami aspek penting sebelum memulai usaha,yaitu: a. Memahami konsep produk atau jasa secara baik b. Membuat visi dan misi bisnis c. Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses d. Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari usaha e. Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha daripada risiko manajemen. f. Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha Anda sudah berhasil. g. Kreativitas, kepemimpinan dan proses pembuatan keputusan sangat penting h. Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan pembiayaan Pemahaman atas aspek ini adalah sangat penting dalam perkembangan usaha Seringkali produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik seperti kekurangan dana untuk pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan lainnya. C. Eksistensi Bisnis Ritel Keberadaan pasar modern memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam menentukan lokasi berbelanja.Apalagi belakangan ini jumlahnya juga semakin banyak. Namun, bagi pebisnis pasar tradisional, tentu memiliki arti lain.Ketatnya persaingan bisnis ritel mendorong para pengusaha untuk melakukan terobosan dalam strategi berdagang, baik menyangkut kemasan toko,pelayanan,hingga soal harga produk. Hal ini tentunya akan memberi keuntungan lain bagi para calon pembeli. Konsumen juga memegang kendali dalam menentukan hidup matinya sebuah toko modern, bahkan berpengaruh dalam pertumbuhan pasar modern. Bagi pebisnis ritel, karakter masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usahanya.Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen,Teguh Yunanto menuturkan, peritel akan melihat populasi penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam membuka toko.namun, seiring perpindahan lokasi permukiman ke daerah pinggiran, toko cenderung tumbuh di daerah tersebut dan menurun di kota besar. Hasil Nielsen Retail Establishment Surveyyang dilakukan pada akhir 2010 secara keseluruhan memperlihatkan lanskap ritel Indonesia menurun 1,3% dilihat berdasarkan jumlah toko. Hingga akhir 2010, tercatat 2.524.111 toko tersebar di Indonesia terdiri atas pasar tradisional dan modern. Sebarannya 57% di Pulau Jawa, 22% di Sumatera, dan 21% sisanya di pulaupulau lain.Dari hasil survei tersebut yang cukup menarik adalah menyangkut persaingan antara pasar tradisional dengan modern.Ritel modern mencakup hal yaitu pendekatan manajemen kategori dan manajemen rantai pasokan.Manajemen kategori dapat dipahami sebagai suatu pendekatan cara penanganan barang pada tingkat kategori melalui klasifikasi yang terstruktur dan sistematis pada bauran produk.sementara itu,paradigma baru dalam manajemen rantai pasokan barang menempatkan retailer dalam suatu titik/mata rantai dalam jalur distribusi/pasokan barang yang bersama-sama dengan pihak supplier menjadi bagian dari proses menyeluruh arus penyediaan barang dari hulu ke hilir. Paradigma baru ini menuntut adanya kesamaan persepsi antara supplier dengan retailer dalam memandang pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen sebagai tujuan akhir proses Reff : a. Ndiindi.blogspot.com/2012/06/metode-operasi-ritel.html b. Chistine-sakura.blogspot.com/2012/06/bab-vikesempatan-pasar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar