Senin, 23 April 2012
TULISAN 4 MANAJEMEN PENJUALAN
Menurut Soul Lizondo (1991 : 77) mengemukakan bahwa dalam teori siklus produksi hampir semua produk mengalami siklus produksi dan PMA merupakan siklus dari produksi tersebut
Siklus produksi akan dijelaskan tahapannya sebagai berikut :
1. Tahap Inovasi
Pada tahapan ini peranan ilmuwan dan teknisi dalam melakukan penelitian dan pengembangan besar sekali, yaitu untuk memperkenalkan suatu perubahan dan pengembangan dari suatu produk. Produk tersebut dipasarkan terbatas pada pasar dalam negeri dan pada tahap awal biasanya produk tersebut belum begitu dikenal pasar. Sehingga penjualannya berjalan lambat, dan permintaan untuk produk ini tidak elastis.
1. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini penjualan dari produk tersebut mulai meningkat, sehingga terjadi produksi secara besar-besaran dan jumlah industri menjadi meningkat. Hal ini meningkatkan persaingan tercukupi atau karena peluang pasar di luar negeri menjadi lebih menguntungkan.
2. Tahap Kematangan Produk
Pada tahapan ini produk mulai terstandarisasi dan teknologi produknya tidak lagi semata-mata menjadi milik dari sang penemu. Disamping aktivitas penelitian dan pengembangan serta kemampuan manajerial, peranan tenaga kerja terampil dan setengah terampil menjadi sangat penting, hal-hal tersebut menimbulkan dorongan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri dengan melakukan investasi. Selain untuk menjangkau pasar luar negeri, ekspansi tersebut juga bertujuan untuk mendapatkan input yang lebih murah, untuk menekan biaya produksi, seperti tenaga kerja yang murah.
Menurut Jhon Dunning (1981) mengidentifikasi tiga faktor yang menjadi faktor-faktor penarik mengalirnya arus PMA, dari suatu negara ke negara lain.
Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Investor harus memiliki keuntungan, kepemilikan atas saingan-saingannya di negara tuan rumah. Keuntungan kepemilikan tersebut bisa dalam bentuk hak monopoli atas suatu produk, teknologi yang unik dan canggih, pengetahuan pasar, atau teknik pemasaran yang lebih baik.
2. Negara tuan rumah harus memiliki keuntungan lokasi yang menarik bagi investor. Hal ini bisa dalam bentuk pasar domestik yang besar dan potensial pertumbuhannya, tenaga kerja yang murah yang melimpah, sumber daya alam yang melimpah, biaya transportasi yang rendah dan insentif yang diberikan oleh pemerintah negara tuan rumah.
3. Harus ada keuntungan internalisasi yang akan mendorong investor untuk memilih menanamkan modalnya secara langsung daripada menanamkan modal dalam bentuk perjanjian-perjanjian lisensi lainnya.
Ketertarikan seorang investor dalam memilih lokasi untuk menanamkan modalnya tergantung dari tipe perusahaan investasi tersebut. Sebagai contoh, untuk perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan Sumber Daya Alam, maka lokasi yang akan dipilihnya adalah lokasi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Dalam hal ini keuntungan kepemilikan dari perusahaan tersebut adalah produk padat modal dan teknologi yang cukup tinggi. Pada kasus ini keuntungan internalisasi mungkin tidak begitu kuat, dan negara tuan rumah dapat melakukan negosiasi kepemilikan dengan investor perusahaan tersebut dalam hak kepemilikan, misalnya : dengan bentuk kontrak kerja sama.
2.1 Definisi Produk Domestik Bruto
Menurut Stephen M. Gold Feld (1998) dalam jurnal Chan II Park, Produk Domestik Bruto bukanlah ukuran yang baik, karena dalam Produk Domestik Bruto semua penjualan antara, pembelian barang berwujud (Rumah, tanah, dll) dan transaksi aset finansial seperti Equitas saham tidak dimasukkan sebagai bagian dalam perhutangan.
Menurut Alexander J. Field dan Milton Fiedman (1998) dalam jurnal Chan II Park yang sama, bahwa transaksi saham / surat berharga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang secara independen di luar fluktuasi Produk Domestik Bruto dan tingkat bunga.
Menurut Sadono Sukirno (1981 : 52) Produk Domestik Bruto adalah Nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu.
Menurut Paul A. Samuelson (1995 : 101) Produk Domestik Bruto adalah total nilai nominal barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama satu tahun tertentu, dimana Produk Domestik Bruto merupakan ukuran pailng komprehensif dari total output barang-barang dan jasa-jasa suatu negara.
Menurut Sadono Sukirno (1981 : 59) Produk Domestik Bruto penggunaan kata “domestik” dimaksudkan untuk menekankan bahwa nilai pendapatan nasional yang diperoleh menggambarkan nilai seluruh produksi yang tercipta dalam negeri (wilayah), tanpa membedakan apakah produksi itu diciptakan oleh faktor produksi yang berasal dari negara itu atau faktor produksi negara-negara lain yang digunakan oleh negara itu.
Menurut Sadono Sukirno (1981 : 52) ada tiga istilah untuk memberikan gambaran tentang pendapatan nasional, diantaranya ; Produk Naisonal Bruto, Produk Domestik Bruto dan Pendapatan Naisonal, Produk Nasional Bruto adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran, Produk Domestik Bruto adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan cara produksi, sedangkan Pendapatan Nasional adalah pendapatan yang dihitung dengan cara pendapatan, dari ketiga istiliah tersebut penulis mengungkapkannya dan menjelaskannya dengan pendapat-pendapat dari para ahli ekonomi sebagai berikut :
Menurut Gardner Ackley (1961 : 37) Produk Domestik Bruto adalah output dari barang-barang dan jasa-jasa suatu perekonomian dalam periode waktu sedang berjalan, dinilai menurut harga pasar yang diukur dengan mengakumulasikan transaksi-transaksi yang terjadi selama suatu periode waktu tertentu.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa produk domestik bruto merupakan output suatu negara berdasarkan hasil produksi dan aktivitas negara tersebut dalam mengoperasikan barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung berdasarkan keadaan tahun / waktu tertentu, dan PDB merupakan ciri dari kemampuan suatu negara dalam menjalankan sistem perekonomiannya untuk menciptakan kemajuan bagi negaranya dan mampu bersaing dengan negara-negara yang lain.
2.1.1 Cara Perhitungan Pendapatan Nasional
Menurut Sadono Sukirno (1981 : 54) tiga cara perhitungan dapat dilakukan yaitu :
1. Cara Pengeluaran
Cara ini pendapatan dapat dihitung dengan menjumlahkan pengeluaran dari berbagai golongan masyarakat atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut selama satu tahun.
Menurut Sadono Sukirno (1981 : 55) perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran, membedakan pengeluaran ke atas pendapatan nasional dalam 4 golongan yaitu :
a. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga-rumah tangga ke atas barang-barang jadi dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan, yang dinamakan dengan konsumsi rumah tangga.
b. Pengeluaran yang dilakukan, diberbagai negara yang digolongkan sebagai pengeluaran pemerintah hanyalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah ke atas barang-barang yang tidak digunakan untuk investasi, dengan demikian pengeluaran tersebut merupakan pengeluaran yang bersifat Konsumsi Pemerintah, dibeberapa negara lain yang digolongkan sebagai pengeluaran pemerintah meliputi pengeluarannya yang bersifat konsumsi yang merupakan investasi.
c. Pengeluaran yang dilakukan oleh para pengasuh untuk membeli barang-barang modal untuk mendirikan perusahaan atau memperluas industri dan perusahaan yang mereka miliki, pengeluaran ini dinamakan pembentukan modal bruto atau investasi bruto. Di negara-negara yang hanya menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, yang tergolong pembentukan modal bruto meliputi juga penanaman modal oleh pemerintah.
d. Ekspor bersih, yaitu pengeluaran barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di negara itu ke negara lain, dan ini disebut ekspor bruto dikurangi dengan pengeluaran ke atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di negara-negara lain oleh penduduk negara itu, dan inilah impor dari negara itu.
2. Cara Produksi (produk neto)
Produk neto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses produksi dengan demikian cara kedua ini adalah cara menghitung dengan menjumlahkan nilai-nilai produksi yang diciptakan dalam tiap-tiap sektor ekonomi, dimana tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung produk neto yang diwujudkan pada berbagai tahap produksi.
b. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional.
3. Cara Pendapatan
Perhitungan dengan cara pendapatan dilakukan dengan menjumlahkan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dimana faktor-faktor produsi itu akan menghasilkan pendapatan, dan pendapatan-pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain yang berbeda dengan yang diperoleh dari dua cara yang dilakukan di atas, sehingga pendapatan ini dinamakan produk nasional neto dengan harga faktor.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi secara berikut :
a. Pendapatan dari tanah yaitu sewa.
b. Pendapatan dari para pekerja yaitu gaji dan upah.
c. Pendapatan dari modal yaitu bunga.
d. Pendapatan dari keahlian keusahawaan yaitu profit.
2.2 Ekspor
Paul A. Samuelson (1996) Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara yang lainnya. Pendapat tersebut lebih menjelaskan bahwa ekspor merupakan kegiatan perekonomian dimana suatu negara menjual barang dan jasanya ke negara yang lainnya. Barang dan jasa disini merupakan hasil faktor-faktor produksi yang ada di negara atau dearah tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut diantaranya industri, pertanian, tambang dan lain sebagainya yang menyangkut kegiatan kerja penduduk untuk menghasilkan suatu bahan kebutuhan.
2.3 Inflasi
Ketika kita mendengar stabilitas harga, yang terbayang adalah suatu kondisi perekonomian tanpa inflasi. Selain itu ada kesan bahwa deflasi adalah suatu yang bersifat positif sedangkan inflasi bersifat negatif. Tapi ternyata prsepsi semacam itu keliru dan kenyataannya justru kebalikan dari presepsi tersebut.
Sebagai ilustrasi, misalnya selama semester kedua tahun 2003 diperkirakan akan terjadi deflasi sebesar 5 %. Mengetahui hal ini masyarakat akan menunda untuk membelanjakan uang mereka. Mereka akan menunggu sampai akhir semester kedua tahun 2003 karena dengan uang yang mereka miliki sekarang mereka akan dapat membeli lebih banyak produk atau membeli dengan harga yang lebih murah.
Frederic S. Mishkin (2001 : 683) inflasi adalah salah satu indikator makroekonomi yang penting untuk mengetahui apakah perekonomian itu sehat atau tidak. Indikator lainnya adalah pertumbuhan GDP dan jumlah pengangguran. Ekonomi disinyalir dalam keadaan tidak baik saat tingkat pertumbuhannya melambat, tingkat pengangguran bertambah dan inflasinya meningkat mencapai level yang melewati batas normal atau tingkat inflasi yang sering dialami. Menghadapi hal semacam ini, pengambil kebijakan dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki keadaan (activist) atau membiarkan ekonomi pulih dengan sendirinya (non-activist).
2.3.1 Pandangan Messok
Menurut Meesook (1991) ada dua macam mengenai pendekatan yang dapat dilakukan untuk membentuk dan menentukan kerangka penentuan tingkat inflasi, dimana tingkat inflasi disini adalah tingkat inflasi domestik.
Pendekatan pertama yaitu pendekatan model lengkap dan pendekatan model singkat.
Pendekatan model lengkap yaitu menggambarkan suatu sistem persamaan simultan dalam menerangkan hubungan struktur tentang perekonomian, tentu secara teoritis sangat tepat jika digunakan, akan tetapi karena hambatan data dan hal-hal lainnya, sering mengakibatkan ketidaksesuaian dari hasil analisis, sehingga menjadi kurang berguna, oleh karena itu guna menerangkan faktor penentu tingkat inflasi, banyak digunakan pendekatan kedua yang menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya, dimana variabel-variabel itu diantaranya :
1. Defisit domestik anggaran pemerintah.
2. Tingkat harga di pasaran dunia.
3. Fluktuasi nilai tambah produksi bahan makanan.
4. Fluktuasi nilai tambah produksi migas.
Dari keempat faktor yang nampaknya cukup mempengaruhi perkembangan tingkat harga umum Indonesia adalah defisit harga bahan makanan di dalam negeri. Keempat faktor utama yang saling berkaitan ini, serta adanya pengaruh kebijakan nilai tukar valuta asing dan pengendalian harga di dalam negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat harga umum. Jumlah uang primer dan uang beredar memegang peranan penting dalam menyalurkan keempat faktor utama itu pada kenaikan tingkat harga umum.
Fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini dalam suatu sistem perekonomian baik yang merupakan hasil penelitian empiris atau penelitian teoritis memperlihatkan bahwa ekspansi moneter memiliki peran yang penting dalam analisis inflasi, baik golongan monetaris ataupun golongan strukturalis mengakui adanya peran struktur moneter sebagai salah satu faktor penyebab inflasi. Pengamatan membuktikan bahwa ekspansi moneter melalui peningkatan M1 akibat adanya pengaruh anggaran dan neraca pembayaran, merupakan faktor dominan penentu inflasi di Indonesia, selain itu dengan adanya inflasi yang di impor merupakan sebagai akibat kebanyakan nilai tukar valuta asing, serta pengaruh dari perkembangan harga produksi minyak bumi (terutama ekspor), menggambarkan cukup rawannya perekonomian di Indonesia terhadap gejolak perekonomian dunia kurang elastisnya penawaran hasil pertanian terutama bahan makanan, memberikan sumbangan yang cukup besar sebagai penyebab terjadinya inflasi.
Lain halnya dengan tingkat upah, hampir semua negara maju merupakan faktor penentu inflasi yang cukup penting, maka Indonesia dengan tenaga kerja yang kurang bersifat persaingan sempurna, terjadinya penawaran tenaga kerja, yang akhirnya menyebabkan tingkat upah tidak terlalu mempengaruhi tingkat inflasi. Inflasi yang terjadi selama pemerintahan orde baru disebabkan oleh munculnya surplus anggaran luar negari pemerintah dimana hampir seluruh devisanya di beli oleh bank Indonesia sehingga terjadi proses monetiasi.
Monetiasi anggaran belanja luar negeri pemerintah tersebut menjadi penyebab utama cepatnya pertumbuhan jumlah uang beredar (rata-rata 30%-40%) sehingga menyebabkan tekanan inflasi bagi perekonomian. Pengaruh eksternal lainnya terhadap inflasi Indonesia adalah tingkat harga barang impor, pengaruh harga impor ini cukup besar dalam menentukan besarnya inflasi di Indonesia, bahkan selama periode 1968-1978 tingkat harga barang impor paling besar pengaruhnya terhadap inflasi di Indonesia yaitu sebesar 76 persen dan sisanya dipengaruhi oleh kelebihan uang beredar. Pendapat lain ada yang menyatakan bahwa transmisi inflasi dunia ke dalam perekonomian Indonesia dua jalur, yaitu melalui peningkatan harga barang ekspor dan meningkatnya harga barang hasil industri yang di impor Indonesia.
Peningkatan harga barang ekspor, yang meningkatkan penerimaan ekspor, secara langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga permintaan domestik pun meningkat. Secara tak langsung, peningkatan penerimaan ekspor akan melainkan saldo neraca berjalan, yang berarti ada peningkatan cadangan moneter, sehingga timbul disekuilibrium pasar uang dalam bentuk kelebihan jumlah uang beredar di masyarakat. Di lain pihak, peningkatan harga barang impor, yang berarti meningkatkan biaya impor, secara langsung akan meningkatkan harga konsumen. Secara tak langsung, peningkatan biaya impor ini akan menaikkan biaya input, dan pada gilirannya akan meningkatkan harga konsumen. Peningkatan biaya impor juga mempunyai efek kontraksi moneter, yaitu melalui penurunan saldo neraca berjalan, yang berarti menurunnya cadangan moneter, sehingga menyebabkan terjadinya disekuilibrium di pasar uang dalam bentuk kelebihan permintaan akan uang.
cara memasuki pasar internasional
Beberapa cara memasuki pasar global (internasional)
Ekspansi internasional dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Ekspor
Perusahaan-perusahaan industrial memulai ekspansi internasionalnya dengan mengekspor barang-barang atau jasa ke negara-negara lain. Keuntungan yang diperoleh melalui ekspor diantaranya adalah melakukan ekspor tidak memerlukan biaya untuk membangun kegiatan operasi di negara tuan rumah dan juga pada ekspor yang dilakukan pada negara tetangga dapat diperoleh kemudahan dalam biaya transportasi. Sedangkan kelemahan dari teknik ekspor adalah :
- para eksportir harus membangun beberapa sarana untuk memasarkan dan mendistribusikan produk-produk mereka biasanya melalui perjanjian kontrak dengan perusahaan- perusahaan tuan rumah
- biaya transportasi tinggi dan pajak yang dikenakan pada barang-
barang yang masuk
- eksportir kurang memiliki kontrol terhadap pemasaran atau menginzinkan distributor untuk menambahkan biaya untuk menutupi biaya yang keluar dan mendapatkan laba
2. Pemberian lisensi
Perjanjian lisensi memungkinkan sebuah perusahaan asing untuk membeli hak untuk memproduksi dan menjual produk-produk perusahaan dalam negara tuan rumah atau sejumlah negara. Pihak yang memberi lisensi mendapatkan royalti untuk setiap unit yang diproduksi dan dijual. Pihak yang menerima lisensi mengambil resiko dan menginvestasikan
dananya
dalam
fasilitas-fasilitas
untuk memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan barang-barang dan jasa akibatnya, pemberian lisensi merupakan salah satu bentuk jaringan organisasional yang semakin umum dilakukan, khususnya diantara perusahaan-perusahaan kecil. Pemberian lisensi juga merupakan salah satu cara untuk memperluas tingkat laba yang didasarkan pada inovasi- inovasi sebelumnya. Contohnya Sony dan Philips bekerjasama dalam merancang CD dan saat ini dapat dilihat hasil karyanya dengan
melisensikan hak-hak kepada perusahaan-perusahaan untuk membuat CD dan kedua perusahaan tersebut medapat royalti dari perusahaan yang memproduksi.
Kelemahannya adalah
- rawannya terhadap pembajakan sehingga mempengaruhi omset penjualan CD, ironinya karena dengan kemajuan teknologi hal tersebut mudah dilakukan
- pemberian lisensi membuat perusahaan tidak dapat terlalu mengontrol pabrikasi dan pemasaran produk-produknya ke negara- negara lain
- pemberian lisensi memberikan potensi laba minimal karena laba
harus dibagi antara pemegang lisensi dan pemberi lisensi.
- Pada situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan internasional dapat mempelajarai teknologi dan menghasilkan serta menjual produk kompetitif yang serupa setelah lisensi itu jatuh tempo
3. Aliansi strategis
Aliansi strategis memungkinkan perusahaan untuk berbagi resiko dan sumber daya yang diperlukan untuk memasuki pasar-pasar internasional, selain itu dapat memfasilitasi pengembangan kompetensi inti baru yang dapat menentukan daya saing strategis perusahaan di masa yang akan datang. Aliansi dapat diawali dengan cara perusahaan dari negara tuan rumah yang mengetahui dan memahami kondisi- kondisi persaingan, hukum dan norma-norma sosial dan kekhasan budaya dari negara tersebut yang akan membantu perusahaan dalam membuat dan memasarkan sebuah produk yang kompetitif, sebaliknya perusahaan tuan rumah akan melihat akses teknologinya yang baru dan produk-produk inovatifnya sebagai hal yang menarik. Contoh aliansi strategis yaitu British Telecommunication berencana untuk membangun mal belanja virtual di Spanyol melalui usaha bersama denga Banco Popular yakni sebuah bank Spanyol yang bergerak dibidang eceran dengan basis klien yang kuat di kalangan perusahaan-perusahaan berukuran kecil dan sedang, kedua perusahaan ini bekerja sama mengembangkan sebuah situs untuk transaksi bisnis untuk bisnis,
kedua perusahaan ini menggunakan portal Arrakis, operasi internet British Telecommunication di Spanyol dengan tujuan untuk mengembangkan suatu basis klien yang terdiri dari 300.000 perusahaan kecil dan sedang.
4. Akuisisi
Dengan semakin meluasnya perdagangan bebas di pasar global, akuisisi lintas perbatasan telah semakin penting peranannya. Akuisisi secara khusus semakin populer di Eropa, akuisisi digunakan perusahaan-perusahaan Eropa untuk membangun kekuatan pasar mereka dan memperluas jangkauan merek di seluruh Uni Eropa. Perusahaan perusahaan asing menggunakan akuisisi untuk memasuki pasar Uni Eropa dan mendapatkan kedudukan dalam perdagangan.
Keuntungan akuisisi diantaranya adalah :
- akuisisi dapat menyediakan akses cepat ke sebuah pasar yang baru
- akuisisi dapat memberikan jalan untuk ekspansi internasional
sedangkan kelemahan dari akuisisi adalah :
- pendanaan yang mahal sehingga seringkali diperlukan pendanaan
melalui utang
- negosiasi internasional untuk akuisis dapat menjadi kompleks karena dihadapkan pada syarat-syarat hukum dan perundang- undangan di negara tuan rumah dan perusahaan sasaran dan mendapatkan informasi yang tepat untuk menegosiasikan perjanjian
5. Anak perusahaan baru yang dimiliki sepenuhnya
Pembentukan sebuah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya disebut sebagai Greenfield Venture atau usaha ladang-hijau. Tindakan ini merupakan sebuah proses yang kompleks dan berpotensi akan memakan biaya besar, tetapi strategi ini memiliki keunggulan karena memiliki kontrol maksimum kepada perusahaan sehingga jika berhasil berpotensi memberikan laba di atas rata-rata. Hal ini secara khusus benar untuk perusahaan yang memiliki kapabilitas tidak berwujud yang
Pilihan untuk masuk ke pasar internasional oleh perusahaan-perusahaan sifatnya disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti kondisi persaingan industri, situasi negara dan kebijakan pemerintah serta sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti perusahaan. Pabrikan mobil Jepang seperti Honda, Nissan dan Toyota telah memiliki posisi yang kuat di USA melalui usaha ladang-hijau, sementara Korea mahir melakukan akuisisi dalam perekonomian yang berkembang. Perbedaan- perbedaan dalam memasuki pasar karena pasar yang mereka tuju juga berbeda sehingga membutuhkan strategi yang berbeda pula.
E. Hasil daya saing strategis
1. Diversifikasi dan laba internasional
Diversifikasi internasional merupakan strategi tingkat perusahaan internasional yang utama. Melalui strategi ini perusahaan terlibat dalam proses pabrikasi dan penjualan berbagai produk yang berbeda. Diversifikasi internasional adalah sebuah strategi yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk memperluas penjualan barang-barang dan jasanya ke lintas perbatasan dari wilayah-wilayah dan negara-negara dunia ke dalam lokasi dan beroperasi dan pentingnya pasar-pasar itu bagi perusahaan menunjukkan tingkat diversifikasi yang akan dilakukan perusahaan secara internasional. Persentase total penjualan seringkali digunakan untuk mengukur pentingnya sebuah wilayah atau negara tersebut bagi perusahaan.
Keuntungan dari diversifikasi internasional yaitu
- berkaitan erat dengan tingkat laba yang diperoleh perusahaan, karena adanya reaksi positif dari pasar saham yang peka terhadap investasi pasar internasional
- potensi ekonomi dan pengalaman
- keunggulan lokasi
- meningkatnya ukuran pasar dan peluang untuk menstabilkan laba karena stabilisasi laba akan membantu mengurangi resiko secara keseluruhan risiko perusahaan
2. Diversifikasi dan inovasi internasional
Pengembangan teknologi baru menjadi pusat kekuatan dari daya saing strategis. Michael Porter menyebutkan bahwa daya saing suatu bangsa tergantung pada kapasitas industrinya untuk melakukan inovasi dan bahwa perusahaan mencapai keunggulan kompetitif dalam pasar- pasar internasional melalui inovasi. Diversifikasi internasional menyediakan potensi bagi perusahaan untuk mencapai tingkat laba yang lebih besar untuk inovasinya sehingga menurunkan tingkat risiko yang substansial dari investasi dibidang penelitian dan pengembangan. Karena itu, diversifikasi internasional memberikan insentif bagi perusahaan untuk melakukan inovasi. Selain itu, diversifikasi internasional diperlukan juga untuk menghasilkan sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan skala operasi penelitian dan pengembangan yang besar. Melakukan investasi pada teknologi yang baru di dalam lingkungan yang keusangan teknologinya berlangsung dengan cepat bukan keputusan yang mudah dan kegiatan operasi yang intensif modal diperlukan agar investasi itu bermanfaat. Relasi antara diversifikasi, laba dan inovasi merupakan relasi yang kompleks sifatnya. Pada tingkat kinerja tertentu diperlukan sumber daya untuk menghasilkan diversifikasi internasional yang nantinya akan menghasilkan insentif dan sumber daya untuk melakukan investasi di bidang penelitian dan pengembangan.
3. Kompleksitas pengelolaan perusahaan multinasional
Meskipun beragam manfaat yang terwujud dengan menerapkan sebuah strategi internasional, namun strategi internasional bukanlah pekerjaan yang mudah tetapi sangat kompleks dan dapat menghasilkan ketidakpastian yang tinggi. Kompleksitasnya terletak pada sifat dari pasar global yang kompetitif, lingkungan budaya majemuk, pergeseran yang cepat dalam nilai mata uang yang berbeda dan kemungkinan
tidak stabilnya pemerintahan nasional tertentu sehingga hal demikian
menyebabkan tingginya ketidakpastian.
F. Risiko dalam lingkungan internasional
Diversifikasi menuai banyak resiko, ekspansi internasional sulit untuk diimplementasikan karena berbagai macam faktor. Situasi persaingan dan faktor- faktor lain seperti politik, ekonomi maupun budaya turut menentukan daya saing strategis perusahaan. Berikut risiko-risiko dalam lingkungan internasional :
1. Risiko politik
Risiko politik berkaitan dengan ketidakstabilan pemerintahan nasional dan perang baik secara sipil maupun internasional. Ketidakstabilan pemerintahan nasional menciptakan sejumlah masalah diantaranya adalah risiko ekonomi dan ketidakpastian yang berkaitan dengan peraturan pemerintah, keberadaan otoritas hukum yang berpotensi saling bertentangan dan adanya potensi nasionalisai terhadap aktiva swasta. Misalnya perusahaan-perusahaan asing yang melakukan investasi di Rusia dapat mengkhawatirkan stabilitas pemerintahan nasional dan apa yang akan terjadi terhadap investasi atau aktiva mereka di negara tersebut jika terjadi perubahan besar dalam pemerintahan negara itu. Berbeda kondisinya dengan Cina yang mendukung penuh perusahaan asing untuk berinvestasi di negaranya dengan memberikan jaminan kepastian hukum dan iklim investasi yang kondusif untuk investor, contohnya adalah Cina memberikan izin terhadap pendirian pabrik herbisida di sebelah Timur propinsi Jiangsu oleh Zeneca yang merupakan perusahaan kimia dari Inggris.
2. Resiko ekonomi
Risiko politik berbanding lurus dengan risiko ekonomi, risiko teratas di antara risiko ekonomi dari diversifikasi internasional adalah perbedaan dan fluktuasi nilai mata uang yang berbeda. Nilai mata uang yang berbeda mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar-pasar global karena dampaknya pada harga barang-barang di negara-negara yang berbeda. Peningkatan nilai dollar dapat berdampak buruk bagi ekspor ke pasar-pasar internasional karena harga produk yang berbeda-beda.
3. Batas ekspansi internasional : masalah manajemen
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menerima laba positif pada diversifikasi internasional ditingkat awal, tetapi seringkali laba tersebut menurun dan menjadi negatif ketika diversifikasi meningkat sampai melewati titik tertentu. Beberapa alasan yang membatasi dampak positif dari diversifikasi internasional diantaranya adalah :
- penyebaran geografis yang lebih besar secara lintas perbatasan negara tersebut meningkatkan biaya koordinasi antara unit-unit dan biaya distribusi produk
- hambatan-hambatan perdagangan, biaya logistik, keragaman
budaya dan perbedaan lain menurut negara masing-masing
- biaya tenaga kerja dan modal yang berbeda
- sulit untuk menerapkan, mengelola dan mengontrol operasi
internasional perusahaan dengan efektif.
Masalah manajemen lainnya adalah bahwa perusahaan terbiasa dengan dengan pasar domestik dengan tingkat kompetitif tinggi mengalami lebih banyak kompleksitas di pasar-pasar internasional dikarenakan pasar global sangat kompetitif dengan besarnya jumlah pesaing yang datang dari berbagai negara dengan membawa keunggulannya masing-masing. Masalah lain adalah relasi antara pemerintah tuan rumah dan perusahaan multinasional sehingga untuk meminimalisir hambatan tersebut dilakukan jaringan-jaringan antar organisasi yang memungkinkan mereka berbagi sumber daya dan risiko tetapi sekaligus juga membantu dalam pembentukan fleksibilitas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar